Panembahan Senopati

Sabtu, 21 Desember 2013

Setelah bersemedi di tengah samudra pantai Parangtritis mmohon pada Gusti Allah agar dirinya di izinkan menjadiraja di tanah Jawa, Senopati lalu berjalan diatas air menuju darat,jalanya bagaikan berjalan diatas tanah saja hebatnya selama bersemedi di tengah samudra badanya tidak basah walau diterjang ombak berkali kali. Begitu dekat dengan bibir pantai alangkah terkejutnya Dia melihat Sunan KaliJaga berdiri di sana. Dia lalu bersujud dan memohon ampunkarena telah berani menyombongkan diri dengan ilmunya itu.
Sunan KaliJaga lalu berkata “Bangunlah hai putera Ki Gede Pemanahan.janganlah menuruti kelemahan hati yang menyerukan keserakahan,enyahkahkanlah bisikan setan itu,bangkitlah hai murid JakaTingkir!”. Senopati lalu bangkit,Sunan KaliJaga kemudian bertanya padanya “apakah benar kau sangat inin menjadi raja yang menguasai tnah jawa ini ?”.Senopati mengangguk perlhan, Sunan KaliJaga bertanya lagi “Meskipun itu berarti Kau harus berhadapan dengan guru sekaligus ayah angkatmu Sultan Hadiwijaya dan berperang denga seluruh negeri Pajang yang selama inimenjadi negeri tumpah darahmu dan tempat almarhum ayahmu mengabdi ?”. Senopati lalu menundukan kepalanya,tubuhnya berguncang,air matanya melelehlalu pelan berkata “Hamba selalu memohon petunjuk Gusti Allah namun belum mendapat petunjukNya,mungkin Gusti Allah memberikan petunjuk lewat Kanjeng Sunan”. Sunan KaliJaga tersenyum lalu kembali membuka mulu“tnya “Baiklah Senopati,akan kuberikan pelajaran yang amat tinggi dari Kanjeng Rasul untuk mencpai kehidupan dunia dan akhirat”. Sunan KaliJaga menghela napas sebelum melanjukan wejangannya,lalu sambilduduk diatas sebuah batu karang Dia memulai wejangan kepada Senopati “Perng itu sesungguhnya hanyalahsuatu alat penghancuruntuk menghilangkan kerusakan yang disebabkan oleh kebathilan,diganti dengan yang baru.Timbulnya suatu peradaban ituadalah perombakan yang silam yang merusak diri sendiri.Agama Islam lahir sebgai penutuptidakada lagiagama yang di ridhai oleh Gusti Allah selain Islam,kitab suci Alquran lahir dari semua kitb sucisebelumnya yaitu Taurat,Zabur dan Injil.Memang sudah menjadi takdir Hyang Maha Kuasa kalau semua pemeluk kitab sebelumAlquran itu akan selalu memusuhi para pemeluk agama Islam jika mereka menolak untuk masuk Islam,dan diantara pemeluk Islam pun akan selalu muncul perbedaan,halitu dikarenakan terbatasnya daya berpikir manusia yang tidak akan pernah bisa menyingkap takdir Illahi”. Sambil memandang kearah laut selatan, Sunan KaliJaga menyedekapkan tngannya lalu melanjutkan ucapannya “Tanpa persengketaan manusia tidak kan bergairah untuk hidup lebih maju.Tanpa perangpun semua mahkluk akan menemui ajal yang telah digariskan. Setelah itu digantimanusia yanabaru untuk melanjukan sisa pekerjaan yang telah mati. Demikian seterusnya sepertialam raya yng terus bergerak tak pernahdiam,demikian pula pikiran manusia setiap detik bergerak terus tak pernah berhenti.Manusia sebagai tempat roh akan mengalami masa bayi,kanak kanak,dewasa sampai kemudian mati,bagi yang tawakal berserah diri pada Gusti Allah tidakakan goncang hatinya. Walaupun tidak perang, alam akan merusak dan menghancurkan kehidupan agar manusia menjadi sadar,bahwa dia tak  berkuasa apa apadi dunia ini. Pandanglah kehidupan di sekitar kesultanan Pajang anakku, mereka itu adalah manusia-manusia yang tak menyadari asalnya dan diperbudak oleh khayalan. Perjalan hidup manusia tidak bisa tetap, bagaikan alam, ada terang dan gelap, ada panas dan dingin, berubah- ubah sesuai kehendak Hyang Maha Kuasa.
Usia hidup dialam ini kasar ini tak ubahnya seperti kedipan mata cepatnya bila dibandingkan dengan usia alam yang berjuta-juta tahun. Oleh sebab itu terimalah segala derita ataupun semua cobaan dengan ikhlas nerima kepada yang telah digariskan oleh Gusti Allah." Sunan Kalijaga lalu mengelus-elus jenggotnya "Atma atau roh itu tak dapat dihancurkan dengan kekuatan apapun, tak dapat dilihat, tak dapat dipikirkan, tak bisa berubah sifatnya. Tak bisa dibunuh walaupun jasad yang menjadi tempatnya bersemayam dihancurkan. Semua mahluk pada permulaannya tidak tampak, setelah melalui nafsu birahi antara pria dan wanita diasatukan, barulah dibentuk dalam rahim. Setelah dilahirkan barulah nampak, semenjak kecil hingga tua bangka, mereka tak menyadari bahwa mereka berasal dari tak tampak yaitu tiada. Kematian menjadi momok menakutkan bagi yang tak mengenal atmanya. Orang seringkali memperbincangkan tentang roh, meskipun demikian hanya beberapa orang saja yang mengerti pada sifat abadi itu. Ada dan tiada sama saja bagi siapa yang sesungguhnya mengetahui sajatining kebenaran.
Yang menguasai manusia dialam lahir ilaha pancaindra, sedangkan Atma adalah pendukung raga seluruhnya. Lahirnya pancaindra setelah menjelma menjadi manusia, sedangkan atma sudah ada sebelum manusia lahir kedunia.
Tetapi janganlah menyekutukan atma dan pancaindra, karena didalam pancaindra itu terdapat nafsu-pikiran, itikad persaan dan akal. Siapa yang beritikad baik pikirannyapun akan tenang, nafsunya dapat terkendalikan, perasaannya akan lebih tajam, dan akalnyapun akan lebih cerdas. Siapa yang dapat mengendalikan seluruh panca indranya dan memusatkan akal budinya terhadap atma untuk bersujud berserah diri kepada Illahi, dialah yang akan menemukan kebahagiaan sejati nan abadi dunia-akhirat. Illahi adalah yang tak ada habis-habisnya dan tertinggi yang meniptakan alam semesta dengan segala isinya, Adhi Atma adalah roh suci yang bersemayam dalam diri manusia, setan adalah nafsu negatif yang menimbulkan nafsu keduniawian. Siapa yang mengingat bahwa Gusti Allah adalah yang paling esa berkuasa, maka dialah yang mengetahui kebenaran. Deru ombak menggetarkan tempat itu, semakin lama semakin pasang, namun Sunan Kalijaga meneruskan wejangannya " Orang yang sempit pikirannya menganggap Illahi itu hanya bersifat tidak kelihatan dan beranggapan Illahi itu omong kosong belaka yang tidak masuk akal, padahal Illahi ada dimana-mana dalam segala bentuk dan kekal sifatnya yang memberikan daya berpikir pada seluruh manusia. Bukan Ilmu ataupun kesaktian fisik yang bisa menuntun kejalan yang manunggal di Jalan Illahi, karena ilmu tanpa disertai budi, dan kesaktian lahir adalah kesombongan dan kemurkaan. Dia yang beriman, bertaqwa, dan bertwakal kepadanya dan berikhtiar mempersatukan dia dengan Illahi sambil menjalankan kebajikan, dan menyebarkan ajaran Illahi dia akan mencapai sifat yang diridhai Gusti Allah untuk menjadi Khalifah Umatnya. Apa yang disebut prikebajikan adalah rendah hati, jujur, sabar, dapat melepaskan pikiran dan hawa nafsu keduniawian, dan tidak menyimpan kebencian. siapa yang melihat bahwa benda yang saling bunuh dan bukan rohnya, siapa yang mengakui segala yang terjadi akibat kesalahannya sendiri dialah yang nerima. Bangkitlah engkau Senopati anakku! Kalahkanlah semua musuh- musuhmu! Karena engkau adalah alat untuk melenyapkan angkara murka dan membentuk kehidupan yang baru di tanah jawa ini! Sesungguhnya tanpa peranmu pun orang-orang Pajang yang berlindung dibawah kekuasaan Sultan Hadiwijaya sudah mati, karena diliputi oleh benci dan dendam.Mereka orang-orang yang berlindung dibawah kekuasaan Sulta Hadiwijaya untuk melampiaskan hasrat serakahnya seperti serigala-serigala yang terkurung api, sebentar lagi hangus terbakar. Janganlah bersedih hati menghadapi ujian ini Senopati, semua yang kukatakan ini adalah Ilapat dari Gusti Allah demi memberimu petunujuk atas permohonanmu kepada Gusti Allah siang dan malam, wahyu keprabon untuk memimpin umat di tanah jawa ini telah berpindah dari Sultan Hadiwijaya kepadamu karena Pajang telah rusak oleh orang-orang yang serakah. Namun ketahuilah Mataram akan berumur pendek dari mulai engkau, anak dan cucumu, cucumu akan menjadi raja yang sangat kaya, mataram akan mencapai puncak kejayaannya, namun Mataram akan rusak oleh cicitmu karena bersekutu dengan orang-orang asing bertubuh tinggi-besar, berkulit putih, berambut seperti rambut jagung yang akan menyengsarakan seluruh umat di tanah jawa ini. kerusakan Mataram akan ditandai dengan muculnya bintang kemukus setiap malam, sering terjadi gerhana matahari dan gerhana bulan, Gunung Merapi sering bergolak dahsyat". Senopati mengankat kepalanya "Yang kanjeng Sunan wejangkan benar-benar meresap dalam sanubariku, hamba bersyukur ternyata Gusti Allah mengabulkan permohonan Hamba dan alamarhum ayahanda. Namun yang belum saya mengerti mengapa di jagat ini begitu banyak aliran kepercayaan?" Sunan Kalijaga Menjawab "”Sumbernya hanya satu seperti sumber air gunung yang sangat bersih tanpa ada kotoran mengalir kebawah. Lalu beranak sungai dihulu, dialirkan kesetiap arah untuk dipergunakan macam-macam keperluan seperti minum, mencuci, mengairi sawah, dan lain-lain sehingga kotor sulit dibersihkan kembali. Begitupun pengertian tentang Tuhan, siapa yang memuja Allah SWT dia akan pergi kepada Gusti Allah, siapa yang memuja Dewa dia akan pergi kepada Dewa, siapa yang memuja Jin dia akan pergi kepada Jin, siapa yang memuja Leluhur dia akan Pergi kepada Leluhurnya. Namun tetaplah semua akan kembali kepada satu sumbernya yaitu sang maha pencipta Gusti Allah SWT, La Illa Haillallah tiada tuhan selain Allah. Ada pula orang-orang yang menyerahkan hartanya sebagai bakti kepada Illahi, Namun dibalik hatinya ia meminta kembalinya yang lebih besar, itu namanya murka, ada orang yang berpura- pura memuja Illahi nmun mengharapkan upah, dia tidak akan sampai kepada Illahi. Begitulah pengertian tentang Tuhan, diolah beraneka ragam hasil pengertian akal tanpa budi, iman, dan Taqwa. Tidak demikian dengan orang yang beriman dan bertaqwa, dia akan terus menuju mencari sumbernya. Dia tidak akan terpengaruh oleh kesibukan dan nikmat duniawi yang tercipta darisetan pembawa hawa nafsu yang merusak. Dia akan senantiasa tenang, karena ia sadar bahwa semua pergolakan disebabkan oleh setan. Bagaikan orang yang berjalan di lorong gelap gulita yang menemukan pelita, demikianlah orang yang berserah diri kepada Gusti Allah SWT”. Senopati lalu bangun, Sunan Kalijaga lalu mengajaknya pulang ke Kota Gede "Mari anakku aku ingin melihat rumahmu dan kota yang telah engkau bangun", Senopati menjawab "Mari kanjeng Sunan". Setelah sampai Sunan Kalijaga memerintahkan Senopati untuk memagari rumahnya dan membangun tembok dari batu bata disekitar Kota Gede dengan memberi petunjuk lewat air doanya "Senopati anakku, bila kelak engkau hendak membangun tembok benteng Kota Gede ikutilah tempat dimana aku mengikuti air tadi, nah selamat tinggal anakku, aku
hedak pulang ke Kadilangu". Senopati lalu membangun tembok kota mengikuti saran yang Sunan Kalijaga sampaikan. Wejangan itupun diresapinya hingga kelak
tiba saatnya ia menjadi raja sekaligus penyebar agama islam di tanah jawa ini.
SEKIAN